Sabtu, 17 September 2011

Sebuah Angan

kapan terakhir kau mencintai seseorang ?
kapan terakhir kau patah hati ?
kapan terakhir kau 'terpaksa' meninggalkan cintamu ?

jika kau bertanya padaku 3 pertanyaan itu.
aku akan jawab
bulan lalu
ya, BULAN LALU.

Dilandasi ke tiga pertanyaan itu. aku mencoba membuat sebuah cerpen. daaaaaan, enjoy it

--------------
Sebuah Angan

Sudah beberapa bulan ini Bisma, Seorang siswa kelas 12 sebuah Sekolah Menengah Atas di daerah Sleman ini jatuh cinta kepada wanita yang jelas-jelas pernah menolak cintanya setahun yang lalu Dara namanya. Kehidupan Dara dan Bisma setelah kejadian penolakan itu pun biasa. Seperti Bisma tak pernah menyatakan apa-apa kepada Dara. Bahkan mereka telah menjadi sahabat akrab. Mereka berdua sering mengobrol, tak ada lagi malu bagi Bisma kepada Dara yang pernah menolaknya. Bisma pun sudah menganggap Dara sebagai sahabat. Akan tetapi perasaan yang tak biasa itu muncul kembali. Bisma tak bisa menahan perasaannya lagi. Ketika Bisma dengar Dara menerima cinta seorang teman. Bisma cemburu setengah mati. Mereka pernah bertengkar gara gara itu.
“Dara! Kamu katanya enggak mau pacaran dulu! udah kelas 12!” bentak Bisma suatu ketika
“Siapa yang enggak mau pacaran dulu ?” jawab Dara tak kalah sengit
“Enggak konsisten ya jadi orang!”
“Terserah aku mau nerima siapa, apa hak mu ngelarang ngelarang aku ? Kenapa ? kamu cemburu ?”
Begitulah pertengkaran mereka. Akan tetapi beberapa hari kemudian. Mereka pun berdamai, Bisma yang merasa bersalah meminta maaf pada Dara.
Hari ini Bisma baru pulang dari sekolah pukul 5 sore karena Bisma ditugaskan oleh guru bahasa Indonesianya bu Titik, untuk mengajari adik adik kelasnya kelas 10 membuat majalah sekolah. Bisma memang terkenal siswa paling jago dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Ia juga menjabat sebagai ketua Majalah sekolah di sekolahnya. Bahkan sejak ia duduk di bangku kelas 10. Kala itu, tak seorang pun kakak kelasnya yang mau menjabat sebagai ketua. Hampir saja majalah sekolah itu bubar.
Di saat Bisma sedang berjalan menuju tempat parkir untuk mengambil motornya, dilihatnya sosok yang sangat ia kenal.
“Ngapain Dara sore sore disitu” batin Bisma
“Hah ? Dara nangis ? ini pasti gara gara ulah Raka! Keterlaluan tuh orang. Makhluk seindah Dara di tinggalin gitu aja ke Semarang. Emangnya dia pikir, cewek tahan pacaran jarak jauh ?” kembali Bisma membatin
Bisma semakin berjalan mendekat. Sebelum terlihat oleh Dara. Cepat cepat ia ambil tisu di tasnya
“Untung aku selalu bawa tisu kemana mana” pikir Bisma
“Dara, ini tisu. Pasti kamu butuh kan ?” kata Bisma, tak lupa memasang senyum manisnya yang bisa membuat para wanita terpesona, tak terkecuali Dara
Dara tak berbicara apa-apa. Hanya memasang sebuah senyum. Senyum yang dipaksakan.
“Kok diem sih ? boleh gak aku duduk disini ?” kata Bisma lagi. Dara hanya mengangguk
Ketika Bisma duduk barulah Dara berbicara
“Kamu kok lama banget sih Bis. Aku udah nungguin kamu dari tadi nih” kata Dara akhirnya
“Hah ? kamu nungguin aku ? sorry bangeet. Kenapa gak kamu sms aja ?” jawab Bisma
“Enggak, aku takut ngganggu kamu. Nanti ngajarin nya malah jadi gak bener”
“Haha, ada ada aja. Kenapa sih ra, nangis terus ? kamu keliatan jelek lho kalo nangis”
“Raka, Bis” jawab Dara
“Udah kuduga. Kamu pasti gak kuat pacaran jarak jauh kan ? ya udah, aku gak bakal nanya apa apa. Malah buat kamu lebih sedih nantinya. Sekarang kamu boleh melampiaskan semua di pundakku. Kujamin, tangisanmu langsung hilang seketika” kata Bisma sambil terkekeh.
“Ih.. Bisma apaan sih. Please deeh hahaha” Dara akhirnya bisa berhenti dari tangisnya dan tertawa. Tawa paling indah yang pernah Bisma lihat.
Sore itu mereka habiskan berdua dengan penuh canda tawa. Bisma tak pernah sebahagia itu sebelumnya. Bisma juga belum pernah lihat Dara sebahagia itu sebelumnya. Hingga tanpa mereka sadari, adzan maghrib telah berkumandang. Bisma sempat menawari Dara pulang bersama. Akan tetapi Dara tak mau, ia lebih memilih jalan kaki, karna memang rumahnya cukup dekat dengan sekolah.
Tanpa Bisma dan Dara sadari. Ada seseorang yang sedari tadi melihat mereka berdua dengan tatapan lekat. Dia adalah Raka. Ia sengaja membuat kejutan untuk Dara hari itu. Ya, Raka ingin menjemput Dara. Tanpa sepengetahuan Dara tentunya, akan tetapi ketika Raka sampai di gerbang sekolahnya dulu, sebelum dia memutuskan pindah ke Semarang, ia tak menemui Dara. Dilihatnya Bisma jalan dari dalam sekolah. Cepat-cepat Raka sembunyi dan membuntuti Bisma. Betapa hancur hati Raka. Ia yang akan membuat kejutan untuk Dara harus melihat pemandangan, yang pasti tak ingin dilihat lelaki di manapun di dunia ini. Ya, pacarnya dekat dengan lelaki lain.
“Sialan tuh si Bisma. Harus diberi perhitungan nanti! Aku enggak takut dia mantan atlet karate!” batin Raka.
Adzan Maghrib berkumandang. Dara telah berlalu. Bisma pun telah siap pulang menuju ke rumah dengan motor kesayangannya. Akan tetapi, baru saja Bisma menjalankan motornya beberapa meter. Ia dihadang oleh seseorang yang pernah sangat dikenalnya. Raka! Bisma kaget bukan main.
“Gimana nih kalo Raka tadi lihat aku sama Dara deketan ?” pikir Bisma.
“Eh, Raka. Sejak kapan di sini ?” tanya Bisma akhirnya
“Alah, gak usah banyak omong! Tega ya kamu! Gak punya perasaan!” kata Raka dengan penuh emosi
“Hah ? apa maksudnya ?”
“Udahlah enggak usah sok enggak tau deh! Dasar, suka nya godain cewek orang!” di akhir kalimatnya, Raka ambil kayu yang ternyata sedari tadi disiapkan di tangan kirinya. Dipukulah perut Bisma. Bisma tersentak. Langsung mengeluarkan darah dari mulutnya. Bisma bukannya tak bisa membalas. Bisma sangat jago dalam berkelahi. Tetapi Bisma sadar. Ia yang salah. Buru-buru Raka mencoba memukul wajah Bisma, kali ini dengan tangan kosong. Ditepislah pukulan Raka itu oleh Bisma.
“Oke, oke fine aku minta maaf Ka! Aku minta maaf! Aku cuma nyoba nenangin Dara dari tangisannya! ” kata Bisma sambil merasakan sakit yang luar biasa dari perutnya. Perutnya paling tidak bisa menerima pukulan dari benda sekeras kayu. Sampai sekarang ia tak tahu, mengapa ia sangat kesakitan jika pukulan mengenai perutnya. Itulah yang membuat ia harus mengundurkan diri dari dunia karate. Padahal ia adalah karateka muda yang sangat berbakat.
“Aku gak mau tau!” Dipukulah berulang ulang perut Bisma. Hingga Bisma roboh dan memuntahkan darah sangat banyak. Raka tak mengetahui masalah perut Bisma ini. Perut yang dipukul menggunakan tangan kosong saja bisa menyebabkan kesakitan teramat sangat. Lalu, bagaimana dengan kayu ? itu jauh lebih sakit.
“Hahaha. Sukurin! Jadi cuman ini kekuatan atlit karate kita ?” ujar Raka dengan nada mengejek. Bisma ingin sekali marah. Akan tetapi, ia merasa lemas tak berdaya.
“Inget boy, yang boleh ngapus airmata Dara cuman satu! Dan itu aku!” lanjut Raka
Raka langsung pergi ketika mengetahui Bisma tak bergerak. Bisma pingsan!
Bisma ditemukan oleh satpam sekolahnya saat hari telah cukup larut. Itupun karena orang tua Bisma menelefon ke sekolah. Panik sekali waktu itu orang tua Bisma ketika anaknya tak pulang pulang. Apalagi saat Bisma ditemukan dalam kondisi pingsan seperti itu. Ketika menemukan Bisma. Sang satpam langsung mencari pertolongan ke warga terdekat untuk membawa Bisma ke rumah sakit. Untung setelah sampai rumah sakit, nyawa Bisma berhasil di tolong. Meskipun masih dengan ancaman kematian yang cukup besar karena Bisma mengeluarkan cukup banyak darah dari mulutnya.
Esoknya Bisma terbangun dari komanya. Dilihatnya kedua orang tuanya masih terlelap.
“Mereka pasti kelelahan” pikir Bisma.
Bisma coba mengeluarkan suara. Tak bisa, ia coba menggerakkan kakinya. Masih tak bisa. Hanya tangannya yang dapat ia gerakkan. Perasaan Bisma mulai buruk, ia mulai menyadari sesuatu. Ia menangis, tanpa sengaja ia lihat sebuah pensil dan sebuah buku catatan. Ia akan menulis sebuah surat. Surat untuk orang tuanya. Juga satu surat lainnya untuk seseorang yang sangat dicintainya
“Semoga dengan surat ini, mama papa akan selalu ingat aku. Begitu juga dia. Dia yang ku cintai” kata Bisma pelan. Semakin merasakan kesakitan di perutnya. Dia sobek 2 lembar kertas dari buku catatan. Dia taruh 2 lembar kertas berharga itu di bawah dirinya. Tanpa lupa, dia sertakan nama tujuan dari surat itu. Ketika itu semua telah berhasil ia selesaikan. Ada sebuah perasaan lega yang teramat sangat. Perut Bisma semakin menyiksa. Begitu juga nafasnya. Semakin berat, Dadanya sangat sesak. Perlahan tangan Bisma tak bisa digerakkan. Sebuah rasa sakit yang teramat sangat. Untuk menghindari rasa sakit ini. Bisma mencoba memejamkan mata. Tak sampai berapa lama. Bisma terlelap. Sangat damai hati Bisma kala itu. Meskipun dalam beberapa menit, seisi kamar itu panik.
Keesokan Harinya. Bendera putih itu berkibar. Rumah yang biasanya sepi, tenang, dan damai, mendakak ramai. Terdengar tangisan di seluruh penjuru rumah. Sosok Bisma, yang biasanya selalu menyejuk kan suasana rumah itu, kini terbaring kaku. Bisma telah pergi. Tanpa sempat orang tuanya berbicara dengannya untuk kali terakhir. Orang tuanya telah membaca surat Bisma. Surat itu berakibat cukup dahsyat. Ibu Bisma sampai beberapa kali pingsan. Teman-teman Bisma telah mengetahui tentang kabar ini. Termasuk Dara dan Raka. Meskipun tak ada yang tahu penyebab kematian Bisma. Tapi, Raka tetap saja merasa sangat bersalah. Raka stress sendiri mengetahui kabar itu. Dia bingung ingin cerita ke siapa. Sementara, Dara. Pertama kali mendengar kabar itu, tak bisa berkata apa-apa. Bahkan menangis pun tak bisa. Dara langsung menuju rumah Bisma. Dara mencoba untuk tegar. Supaya tak menambah kesedihan keluarga Bisma.
Siang itu. Selesai pemakaman Bisma. Seluruh sanak saudara perlahan-lahan mulai meninggalkan makam. Hanya tersisa orang tua Bisma serta beberapa saudara dekat Bisma dan Dara
“ini waktunya ngasih ini Dara” kata ibu Bisma tiba tiba
“Apa ini tante ?” Tanya Dara kaget
“Ini surat yang ditulis Bisma sebelum kepergiannya. Kamu adalah satu satunya orang selain bapak dan ibu yang dikirimi surat ini. Baca ya nak. Ibu pergi dulu, ibu gak mau sedih terus”
Dara diam saja. Seperti mematung. Hingga akhirnya sentuhan sentuhan angin itu menyadarkan nya. Dara buka kertas itu perlahan. Dara baca satu per satu kata yang tertulis.
Halo Aldara Citra Nur Intan :D seneng deh kemarin aku bisa nenangin kamu dari tangismu  itu adalah hal terindah di (mungkin) akhir hidupku
Baru membaca sampai situ, Mata Dara sudah berkaca kaca. Meskipun bibir nya tersenyum
“kau ini Bis. Bisa aja” pikir Dara
Dara. Akhir akhir ini, aku pengen banget ngomong sama kamu satu hal. Tapi itu susah. Hingga akhirnya aku sadar. Kesadaranku itu membawaku ke tanah yang (mungkin lagi) di depanmu sekarang. Maaf,aku harus bilang ini sekarang juga. Aku gak mau, aku gak tenang disana. Kamu pasti juga gak mau aku gentayangin kan ? hehe. Dara, langsung aja ya. Aku masih sayang sama kamu! Kamu tau kan ? dari dulu aku paling grogi nyatain cinta di hadapan ceweknya langsung ? hahaha. Eh, tau gak ? mencintaimu di akhir hidupku adalah hal terindah yang Tuhan beri. Meskipun Tuhan hanya memberiku kesempatan untuk mencintai tanpa dicintai. Itu tetap mendamaikan akhir hidupku. Aku punya angan untuk bisa memilikimu Ra!. Aku pun sadar kau pernah menolak ku. Aku tau, kau mustahil bagiku Ra! Kini biarkan angan ini kusimpan dan kusampaikan pada tuhan. Agar tuhan memberimu malaikat pelindung.  selamat tinggal Daraaa, have a nice life.
Note : Punya penyakit gak jelas di perut tuh gak enak yaaa, digituin dikit, akibatnya kayak ginii :D
People who love you so much

BISMA

Bisma”

Dara menangis sejadi jadinya. Dia dekap tanah tempat Bisma sekarang. Dia bisa rasakan angin itu membawa nya dan Bisma bertemu kembali di dunia yang sama.
“Bisma! Kamu perginya cepet banget! Sore itu, kamu masih sama aku! Kamu masih menghiburku! Sekarang, kamu kemana ? kamu ninggalin aku cepet banget Bismaa!!! Bisma, aku juga mau minta maaf. Kalau dulu aku gak main-main sama perasaanku, mungkin gak kayak gini jadinya. Bismaa!! Aku juga sayang kamu Bis. Aku sayang banget sama kamu. Sayang yang dulu sebagai sahabat akhir-akhir ini berubah jadi cinta. Aku akan selalu sampaikan pada angin salam sayang untuk mu! Sekali lagi. Bisma! Aku cinta kamu! Aku sayang kamu!”
Lama sekali Dara berdiam diri di pemakaman itu. Hingga akhirnya ia menemukan sesuatu.

Cinta Dalam Hati
mungkin ini memang jalan takdirku
mengagumi tanpa di cintai
tak mengapa bagiku asal kau pun bahagia
dalam hidupmu, dalam hidupmu
telah lama kupendam perasaan itu
menunggu hatimu menyambut diriku
tak mengapa bagiku mencintaimu pun adalah
bahagia untukku, bahagia untukku

ku ingin kau tahu diriku di sini menanti dirimu
meski ku tunggu hingga ujung waktuku
dan berharap rasa ini kan abadi untuk selamanya
dan ijinkan aku memeluk dirimu kali ini saja
tuk ucapkan selamat tinggal untuk selamanya
dan biarkan rasa ini bahagia untuk sekejab saja


------------------

*cerpen ini ku tulis di blog tanpa memiringkan kata tidak baku