Mungkin menurut banyak orang, korsa diatas hanyalah sebuah korsa biasa, namun tidak bagi ku. Aku pertama kali menyentuh korsa itu setahun yang lalu. Saat itu Alhamdulillah teman-teman mempercayakan ku menjadi ketua Forum Olahraga Fisipol, dan di malam pelantikan, ketua sebelumnya yang bernama Mbak Putri datang dan menyerahkan pakaian itu kepadaku. "Itu turun temurun dari angkatan atas Ren, untuk ketua." Mulai dari saat itu juga, aku tahu arti korsa itu lebih tinggi dari pakaian biasa. Menurutku ia adalah simbol, ia adalah tradisi, dan lebih jauh lagi, ia adalah harapan.
Tulisanku kali ini tidak ingin membahas suatu pakaian berwarna merah yang memiliki lambang UGM di lengan bagian kanan, dan lambang FOF di lengan bagian kiri, bukan, bukan tentang itu. Aku ingin terbang kembali ke malam itu dan hari-hari setelahnya sampai detik ini. Aku akui, aku bukanlah orang yang memiliki kemampuan mengkoordinir orang banyak, suaraku tidak selalu terdengar oleh orang banyak dan mungkin, hanya sedikit yang mau mendengarkanku. Tapi semenjak malam itu, aku merasa punya harapan untuk merubah semua kekurangan tersebut tadi. Kemudian atas nama kecintaanku terhadap organisasi ini, aku memberanikan diri untuk menghadapi. Sungguh semua terasa mudah di awal. Aku menemukan orang-orang yang tepat untuk membantuku. Namun semakin bertambah nya hari, fokus ku berkurang seiring masalah yang timbul pelan-pelan yang sebenarnya diawali oleh pikiran-pikiranku sendiri.
Kau tidak akan mengerti apa yang bisa kau lakukan jika pikiranmu masih saja menunjukkan apa kekurangan yang malah kau tampakkan. Pun begitu denganku. Diawali rapat perdana yang cukup sukses menghadirkan banyak sekali orang dan bahagiaku, sayangnya, mentalku diuji di event pertama, Sportiva namanya. Aku tidak tahu mengapa tapi alam bawah sadarku terus membayangkan kultur apa yang aku rasa dari organisasi ini sebelum ku dan pada masa ku. Aku terus berpikir bahwa aku tidak pernah bisa menyamai partisipasi pendahulu ku dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Hingga akhirnya pada malam itu di suatu gedung olahraga, lembah namanya, aku banyak bercerita dengan satu sosok lain dalam foto diatas. Aku menumpahkan semua keluh kesahku kepadanya dan akhirnya aku seperti mendapat dukungan baru karena aku tahu dia akan terus membantuku.
Rasa percaya diri yang dibangun karena orang-orang disekeliling kita itu penting, dan aku merasakan betul. Aku bukanlah apa-apa dan tidak akan pernah menjadi apa-apa tanpa seseorang di sekelilingku, dan itu anak-anak FOF itu sendiri. Semakin jauh lorong waktu yang aku tempuh, semakin banyak wajah-wajah baru yang akhirnya semakin menguatkanku. Mungkin tidak sedikit yang pergi karena kesibukannya sendiri, namun tidak sedikit juga yang datang dan bersama-sama sepakat denganku tanpa perlu lisan berujar untuk berjuang, dan aku sangat menghargai itu.
Jika kalian tanya satu tahun paling berat dalam hidupku sampai saat ini itu apa, jawabanku pasti, tahunku membawa korsa itu. Namun, jika aku boleh mendapatkan pertanyaan satu tahun paling membelajarkan ku, jawabanku jelas bukan saat akan Ujian Nasional SMP atau SMA, namun saat aku berada di struktur tertinggi organisasi ini. Aku tidak pernah menduga memimpin organisasi ini mengajarkanku banyak hal. Merubahku menjadi sosok yang lebih baik lagi, dan yang pasti, membentuk mentalku menjadi seseorang yang lebih kuat dari sebelumnya.
Dari awal aku tahu betul, organisasi ini bukan sembarang organisasi. FOF adalah organisasi yang luar biasa. Organisasi olahraga fakultas pertama di UGM. Kondisi yang mengingatkanku kepada ajang Porsenigama. Ketika fakultas lain memakai bendera dema atau lem, Fisipol dengan gagah mendelegasikan bendera FOF untuk berkibar sejajar dengan yang lain, dan itu istimewa sekali. Namun sayangnya, karena aku sadar FOF ini bukan organisasi sembarangan, aku menjadi sedikit menyesal dengan pembawaanku di dalamnya. Aku mungkin akan meminta maaf kepada semua orang yang ada di dalam organisasi ini bahwa aku tidak dapat memimpin dengan baik. Aku tau aku memimpin dengan sangat pasrah, aku memimpin dengan sangat santai. Karena memang pendekatan ini yang coba aku terapkan. Aku melihat setiap mahasiswa Fisipol pasti akan sangat memprioritaskan Himpunan Mahasiswa Departemen mereka masing-masing, dan hanya segelintir orang yang mau berdarah-darah untuk UKMF. Maka dari itu, aku memilih pendekatan yang santai dengan harapan itu akan menarik mahasiswa fisipol untuk bekerja karena emang ingin bekerja, bukan karena takut atau gak enak ketua nya marah-marah. Namun di akhir aku tau betul, terlalu santai akan membuat organisasi ini terlihat tidak serius. Kemudian hanya kata maaf lah yang bisa aku ucapkan kepada teman-teman FOF OAOE semua jika merasa kecewa sudah berkecimpung di FOF yang terlalu selo ini, yang membuat kalian merasa tidak bekerja atau tidak mendapatkan apa-apa, sekali lagi aku minta maaf. Bukan organisasi nya yang salah, hanya setahun ini, sopir nya saja yang tidak
handal.
Aku sudah kembali pada momen setahun yang lalu, ketika aku menyentuh pakaian berwarna merah itu untuk pertama kali. Saat itu aku membayangkan hari ini, dan hari ini aku berusaha menuangkan perjalanan. Sudah hampir semua perjalanan otakku aku tuangkan dalam tulisan ini. Rasa terimakasih mungkin akan menguras habis semua pikiran di kepala ku tentang momen ini. Iya, aku jelas ingin berterimakasih kepada semua nya yang sudah ada disini, disampingku dan berjuang bersama untuk menghidupkan FOF kita. Kembali seperti post ku sebelumnya, aku sangat menghargai seseorang yang sudah berjuang bersamaku sampai akhir. Dan ijinkan aku mengucapkan sebuah kalimat di saat terakhir kalinya korsa itu berada di tanganku.
"Temen-temen semua, terimakasih banyak sudah berjuang bersama. Dan dari awal kepengurusanku sampai sekarang, tetap sama. Tanpa kalian, FOF itu cuma apalah apalah."
Reno, 1 Desember 2017