Malam seperti ini adalah saat yang paling tepat untuk menemuimu. Karena gerombolan manusia telah pulang ke singgasananya, pun begitu dengan para makhluk berkaki empat dan selebihnya. Semakin malam, udara kota ini semakin dingin, aku selalu heran pada dia dan mereka yang memilih membuka dirinya sembari menikmati dentuman musik. Ah aku lupa, di dalam sana ada banyak sekali hal yang menghangatkan. Di dalam sana, kau tak perlu takut kedinginan karena bahkan tak ada ruang untuk itu.
Dan aku lupa, kau lebih memilih berada di sisiku dibanding mencari sebutir kehangatan dan secercah kebahagiaan, sekeping cara untuk lupakan penat dunia di dalam sana. Padahal, aku tidak bisa menawarkan apa-apa. Aku selalu datang padamu dengan rasa lelah setelah sehari penuh bergelut dengan gundah dan sebuah hantu bernama kehidupan. Padahal, aku hanya bisa menyisihkan waktu untukmu beberapa jam saja, dan menerobos malam dingin adalah salah satu resikonya.
Mungkin itulah jawaban mengapa kau tak pernah bisa hilang. Baik dari hatiku maupun pikiranku.
Dari segala macam perjumpaan, dari segala macam kebahagiaan fana, dan dari segala macam luka, kau lah yang terbaik.
Kita bertemu beberapa tahun lalu saat aku berada dalam harap yang panjang pada seseorang yang tak pernah bisa berkata "iya" seutuhnya. Kita bertemu dan kau selamatkanku, sesederhana itu. Seingatku, waktu tak pernah bergerak selambat itu seperti saat aku memelukmu dulu. Egoku tak pernah secepat itu berlalu, seperti saat aku bisikkan keikhlasan ketika kau memutuskan menepi. Ratusan purnama yang lalu, bahagia kita hanya sejenak. Entahlah, semua itu terlalu rumit untuk bisa dipahami lelaki naif sepertiku.
Lantas kau tak pernah bisa hilang. Baik dari hatiku maupun pikiranku.
Lantas kau kembali lagi menawarkan jawaban.
Lantas kita mulai belajar mencintai kembali.
Kita mengkhianati sesuatu yang suci, karna kita menginginkannya.
Hingga malam itu, setelah beberapa tatap dan ribuan sapa, waktu berlalu, aku harus pulang. Pun begitu denganmu.
Kembali pada lelakimu.
dan aku kembali pada wanitaku.
Kau dan aku hilang bersamaan dengan kesadaran mereka yang menikmati pesta.