Selasa, 31 Maret 2020

Tentang Naskah Terindah Tuhan yang Aku Sia-siakan

Terkadang aku bersyukur, "untung aku tidak berakhir bersamamu. Jelas aku akan terkunci dan tidak bisa melanjutkan petualanganku."

Namun terkadang aku berpikir, jika saja aku tidak menjadi lelaki egois, lelaki pengecut yang terlalu takut dengan kata kehilangan, lelaki pecundang yang tidak tahu arti perjalanan, kita masih menyebut diri kita dengan kita.

Kau tetap akan pindah ke ibu kota dan kita menjalani hubungan jarah jauh dengan aku yang sering menyusulmu. Atau mungkin kau memutuskan untuk tinggal? Atau kita berdua lulus di waktu yang sama dan aku sudah berkuliah di sana, sementara kau bekerja. Hidup dalam satu kota, tidak ada masalah.

Aku mulai mengerti hidupmu dan teman-temanmu. Kau pun begitu. Kau tidak akan pergi ke pesta karena aku tidak suka. Malah, kita akan menghabiskan malam dan aku memberimu lantai dansa, seperti yang selalu kamu inginkan, menari dan berdansa.

Kau akan selalu menjadi sosok yang akhirnya aku temukan setelah 21 tahun mencari sosok idaman. Kau lah tuan putri yang selalu ada dalam cerita-cerita yang aku khayalkan akan terjadi. Kau lah jawaban dari segala pertanyaan.

Maka kita akan sering kembali ke tempat spesial, tempat di mana kita saling menemukan. Kita akan disambut tawa anak-anak yang haus rekognisi dan persetan dengan keinginanku menjadi artis, karena di sana aku sudah menjadi selebritis. Bersamamu, aku tak perlu ragu.

Tapi sekarang aku hanya berbaring di kamar dan sudah lama tidak mengunjungi tempat itu. Ingatan mereka tentang kita sudah hilang, diganti ingatan-ingatan lain yang mendewasakan. Anak-anak kelas yang sibuk meneriakkan aku dan kau menjadi kita sekarang sudah masuk masa remaja. Wow, mereka dulunya hanya anak kelas enam yang kita beri sedikit pengetahuan. Sekarang mereka mulai menulis cerita.

Ada banyak hal yang bisa aku tuangkan. Apalagi ketika aku sedang mengenang. Tapi entahlah. Cukup sekian untuk sesi mengenang kali ini.

Aku telah rela, namun tidak mungkin lupa. Dan saat aku tidak bisa lupa, tiba-tiba kau ada.

Kau yang dulu, yang waktu itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar