Selasa, 24 Juni 2014

Hilang

By : Muhammad Reno Fandelika 24 Juni 2014

Mungkin aku bisa menyatakan sayang kepada  ratusan  gadis di dunia ini
Mungkin aku bisa mengagumi  ribuan pesona indah yang Tuhan ciptakam
Mungkin mataku tak akan berkedip melihat jutaan hawa berparas ayu diluar sana
Namun aku tau pasti, hatiku hanya berlabuh pada satu pelabuhan, tak besar memang, namun menenangkan

Aku tidak pernah setuju konsep mengagumi dari jauh
Yang aku tahu, hati nya harus meraba rasaku
Namun saat diri ini menuliskan namamu dan sebungkus sayangku di selembar awan putih
Badai besar melaburkan awan tersebut, pecah berkeping keping

Perasaan ku tak sedangkal kolam yang di huni ikan hias yang berlari riang
Namun perasaanku juga tak sedalam samudra beserta jutaan makhluk ajaib yang diciptakan Tuhan
Logika ku tak aktif, tidak aktif merangkai keping keping kejadian yang mungkin terjadi
Logika ku bertindak lamban, mementingkan rasa atas nyata

Aku mencoba mengesampingkan egoku demi sebuah hati yang menunggu untuk di gapai
Hati yang berlari mendahuluiku dan cukup sulit aku untuk menyamai langkahnya
Hati yang kini melayang, bagaikan seekor Elang gagah mengepakkan sayap nya
Hati yang semakin tinggi, hingga menjadi bintang yang tak akan pernah sudi menerangi malamku

Jiwa ini ingin dapat berjalan beriringan dengan hati itu
Jiwa ini ingin dapat terbang bersama Elang gagah itu
Raga ini ingin berdiri diatas sana, menemani nya menjadi hiasan malam bagi jutaan umat manusia
Namun sebuah lagu malam dan kabut pagi menghempaskan tekad

Bedebah bodoh menari nari
Memunafikkan rasa untuk membuat nya tertawa
Bedebah bodoh berlari
Mencoba menghilang dari nya, yang kini jadi  permata

Mungkin jiwa ini terkurung dalam raga bedebah bodoh itu
Memunafikkan rasa, memutar balikkan fakta
Demi kepuasan pribadi
Demi derajat rasa yang akan  tampak semakin tinggi

Sekelompok itik berlari
Daun daun gugur terbang bersama cinta sejatinya
Kilatan cahaya menghangatkan diri kekasihnya
Jutaan umat bersujud menyebut nama pasangan jiwa nya

Rembulan tersenyum manis
Dua insan yang saling memunafikkan rasa menyambut ramah sang rembulan
Dua gejolak rasa yang tak mungkin di satukan
Karna terhalang ragu, dan kenyamanan

Kebodohan diri ini meronta
Hendak meminta maaf atas apa yang telah di perbuat
Sebuah kenangan hitam masa lalu
Merusak bayangan cerah masa yang akan datang

Lamunan dalam ku pun terhempas
Kala angin malam menghembuskan nafas abadi nya
Seuntai senyum pun memenuhi benakku

Senyum yang indah, yang kuharap akan kembali suatu saat nanti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar