Rabu, 13 Februari 2019

Terjatuh di Awal Dua Puluh

Pagi ini aku memulai hari dengan menonton sebuah tayangan di Youtube. Video dari Arief Muhammad dan Tiara Pangestika, istrinya, yang berbicara tentang quarter life crisis. Hal ini menjadi relate sekali denganku yang sudah hampir dua tahunan ini mengalami hal seperti ini. Mungkin tidak selama dua tahun penuh, namun selama dua tahun, hal-hal seperti ini menggangguku. Maka, aku akan mulai bercerita.

Yang pertama adalah tentang kuliah. Aku merasa sangat iri dengan teman-teman yang berkuliah di jurusan yang sesuai dengan kesukaan mereka, hal yang tidak aku dapat. Ini menggangguku sekali di tahun 2017 bahkan sampai pertengahan tahun 2018. Aku sempat ingin pindah kuliah di tahun 2017 tapi orang tuaku tidak mengijinkan. Ini terlihat sederhana namun sangat meninggalkan luka. Pelampiasannya? Aku tidak pernah masuk kuliah. Buat apa kuliah kalau ilmunya saja aku tidak suka? Buat apa kuliah kalau tidak menjadi jembatan untuk dunia kerjaku kelak? Karena bekerja di bidang ini bukan tidak pernah menjadi mimpiku sedari dahulu. Saat itu aku mengambil kuliah lintas jurusan ke Ilmu Komunikasi, disana aku mengambil tiga mata kuliah dan ini semakin menambah luka. Dengan cepat aku jatuh cinta dengan matkul-matkul yang aku ambil, teman-teman kelompokku, bahkan para dosennya. Aku benar-benar merasa itu rumah. Tapi ketika aku tersadar aku di jurusan itu hanya sebatas menumpang, luka yang aku punya semakin besar.

Lalu hal yang membuatku jatuh adalah sampai umurku yang menginjak kepala dua, bahkan sekarang sudah dua puluh dua, aku belum mempunyai penghasilan sendiri. Sangat banyak cita-citaku ketika kecil. Banyak sekali mimpi masa kecil yang aku rasa bisa aku gapai di usia muda. Nyatanya, sampai usia dua puluh dua aku masih begini-begini saja. Mulai dari tahun 2017 aku selalu berpikir bisa menjadi sesuatu. "Tahun depan aku pasti sudah disini, sedang mengerjakan ini." Nyatanya, tahun depan aku masih dengan ratapan yang sama, di tempat yang sama, masih bermodalkan uang orang tua. Apa hebatnya?

Contoh nyata dari keinginan yang tidak sesuai dengan jalan adalah : Pada tahun 2014, saat itu aku masih SMA. Aku dan beberapa teman kelas ku sedang mengerjakan tugas di perpustakaan lalu entah bagaimana ceritanya kami membuat sebuah perjanjian bermaterai. Sekali lagi BERMATERAI, yang isinya adalah kalau sampai lima tahun lagi bentuk fisikku tidak membaik (tidak lebih kurus) maka aku akan membawa teman-temanku ke Bali. Disana aku sepakat karena aku yakin lima tahun dari tahun 2014 (yang berarti tahun ini), aku sudah kurus, berotot, tampan, dan punya penghasilan tetap, menjadi kaya di usia muda. Nyatanya, aku hanya lebih kurus sedikit sekali, belum punya penghasilan sama sekali. Panik kah aku? Panik. Bukan panik karena perjanjian bermaterainya, tapi panik karena aku membuang lima tahun dalam hidupku begitu saja, tak melakukan apa-apa.

Sampai akhirnya di setengah tahun terakhir 2018, setelah KKN, aku punya sebuah motivasi lebih untuk menaklukkan quarter life crisisku. Masak aku kalah sama crisis seperti itu? Maka aku mulai mengisi hari-hariku dengan giat bekerja, atau memulai sesuatu. Pertama melanjutkan bisnis videografi yang sebelumnya aku dan beberapa temen SMA ku punya, bergabung dengan majalah online yang baru saja di rintis oleh temanku, sampai membuat video youtube (ini cita-citaku sejak 2017 lalu, menjadi youtuber).

Semuanya terlihat baik di awal sampai gejolak terjadi. Bisnis videografinya mati, media online dan youtube ku belum berpenghasilan sama sekali. Bahkan, youtubeku terancam tidak bisa punya penghasilan meskipun subscribernya sudah 1000 dan jam tayangnya sudah melebihi ketentuan untuk di monetize kan karena ada sebuah masalah administrasi yang membuat google harus mengirimkan sesuatu kerumah yang sudah aku tunggu sebulan tidak datang-datang. Selain itu, aku membanding-bandingkan kanal youtubeku dengan orang lain, mengeluh kenapa subscriberku tidak naik drastis, mengapa masih berkutat di angka 1000 an saja. Disitu aku terpuruk lagi. Ditambah lagi, aku memulai umur 22 dengan laptopku rusak seminggu lebih yang berarti selama seminggu itu aku tidak bisa melakukan kegiatan produktif yang sudah rutin aku jalani 3 bulan terakhir. Lalu, teman-temanku sudah memulai skripsi mereka. Bahkan ada yang sudah pendadaran namun aku belum apa-apa. Pada awalnya aku santai-santai saja karena sudah punya rencana, namun tekanan itu ternyata luar biasa. Tekanan yang tidak bisa aku sikapi dengan baik. Maka jadilah di fase itu aku benar-benar terpuruk. Kalau sedang sendirian di kamar mau nangis aja bawaannya mengingat hidupku yang sudah aku sia-siakan. Kuliahku yang aku "tinggalkan", juga segala keinginan masa kecil yang aku khianati sendiri.

Seberapa parah aku dalam masa krisis sebelum KKN dan setelah bisnis videografinya mati? Parah sekali. Sampai setiap aku melihat film di bioskop aku baper sendiri. Bukan karena ceritanya tapi karena pekerjaan si tokoh utama dan apa yang ia punya. Aku membanding-bandingkan sendiri ia dan aku. Apa yang ia punya dan apa yang aku tidak punya.

Lalu bagaimana aku melawan itu? Ya berpenghasilan lah! Lalu bagaimana jika usaha kita untuk berpenghasilan ternyata gagal dan menuai kecewa seperti kegagalanku dengan bisnis videografi dan youtube yang mempunyai masalah administrasi? Belum lagi tuntutan untuk menyelesaikan skripsi?

Semua dimulai setelah aku menonton film Orang Kaya Baru dan aku baper, membandingkan harta-harta mereka dengan apa yang aku punya. Maka aku berkata kepada teman menontonku kali ini. "Cari uang, yuk?" Awalnya aku berencana mengajaknya berjualan setiap hari. Memberi snack dengan harga murah lalu menjualnya lagi. Namun ternyata seiring berjalannya waktu ia mempunyai rencana jenius. Lalu kita mengobrol, mengonsep, mencari apa yang perlu di cari dan jadilah, kita akan memulai sebuah usaha baru. Semoga Tuhan dan Semesta mendukung karena baru memiliki rencana dan mempersiapkannya saja, separuh bebanku seolah terangkat dan melayang.

Ditambah lagi, setelah satu bulan enam hari menunggu dan aku sudah pasrah kalau youtubeku tidak menghasilkan, surat itu datang juga. Surat yang bisa membuat aku menyelesaikan masalah administrasiku. Surat yang membuat satu langkah lagi youtube bisa aku jadikan tempat bermimpi. Bagaimana tentang skripsi? Iya, aku sudah memulainya. Minggu depan aku mulai bimbingan. Tahun ini, aku harus wisuda.

Pada akhirnya, benar seperti cara Arief Muhammad memenangkan quarter life crisisnya, dengan melawan! Kita tidak akan pernah menang jika tidak terlibat di pertarungan, kan? Aku galau setengah mati karena tidak punya penghasilan di usia segini, maka aku buat penghasilanku sendiri. Aku galau setengah mati karena belum memulai skripsi, maka aku kerjakan skripsi.

Akhir kalimat, biasanya kegalauan ini terjadi karena diri kita sibuk membandingkan diri dengan orang lain yang lebih sukses. Itu tidak apa-apa. Bahkan menurutku tetaplah membandingkan diri tapi liat dari sudut pandang berbeda. Kehebatan dan kejayaan mereka jangan membuat kita runtuh, buatlah kita tetap utuh dengan melawan mereka in a good ways. Jadilah saingan mereka dan kita akan terus tertantang untuk terus bergerak maju.

Aku tidak tahu krisis ini akan berhenti atau akan muncul lagi, yang jelas saat ini aku sudah tahu bagaimana harus bersikap jika suatu saat ia datang mengetuk pintu kamarku (lagi).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar