Minggu, 11 Februari 2018

Sebuah Keresahan dan Youtube Yang Menggiurkan

Di zaman yang serba digital ini, sosial media tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia, bahkan dunia. Aku ingat pertama kali aku mempunyai sosial media adalah friendster. Ketika friendster sedang naik daun, saat itu aku masih duduk di kelas 5 sekolah dasar. Masih sangat polos. Pernah waktu itu ada yang mau ngeadd aku di friendster, dia nanya id ku apa, eh aku malah ngasih tau se password-password nya. Kan goblok ya.
"Kok dikasih passwordnya?" Dia nanya.
"Ya iyakan, emang kenapa?" Aku jawab, belum tau kalau aku goblok. Ya nanti jadi...... ah yasudahlah namanya bocah.
Friendster ini juga agak repot soalnya kita mau chatting sama temen kita, misalnya, tapi kita gak tau siapa aja yang online. Akhirnya biar tau, kita bikin status "OL? Chat." Aku yang lagi-lagi anak kecil yang terlalu polos, enggak tau apa itu arti OL. Aku kira singkatan dari "Olahraga", Lah ngapain orang-orang pasang status olahraga? Masak mendadak temen-temen sd ku suka pelajaran olahraga? Tapi akhirnya aku memberanikan diri nanya maksud dari OL itu apa. Ternyata itu maksudnya "Online" hmm menarik juga.

Setelah friendster, muncul facebook. Sosial media ini punya fitur-fitur yang enggak di punyain friendster. Contoh nya kalo temen kita lagi online, ada tanda khusus nya, jadi kita bisa bebas chatting. Yang kedua, kalau mau nambah temen, gak usah repot-repot ngasih nama belakang atau apa itu kayak yang harus dilakukan friendster. Nambah, ya tinggal nambah aja. Kelemahannya adalah, sekarang aku kalo buka facebook, orang-orang yang bener-bener aku kenal cuman sedikit. Karena aku yang waktu pertama mainan facebook itu masih kelas 6 SD, secara random asal menambahkan orang-orang yang bahkan enggak aku kenal sebagai teman. Akhirnya teman di facebook ku emang banyak, tapi yang benar-benar aku kenal cuman 30 persen, mungkin. Seperti nya sejak kecil emang aku udah kebelet pengen keliatan eksis, ya.

Tidak bertahan lama, muncul twitter. Aku yang sangat mudah berpaling akhirnya meninggalkan facebook untuk twitter. Kalau aku tidak salah, di akhir kelas 7 pertama kali aku rajin main twitter. Waktu itu dan beberapa tahun setelah nya twitter benar-benar seru. Pertama, kita kalau mau mengikuti kehidupan orang, gampang banget. Tinggal klik follow, dan tanpa harus menunggu persetujuan (kecuali kalo akun twitter nya di gembok), kita udah bisa mengikuti kehidupan mereka. Maka dari itu aku dulu ngefollow banyak banget artis. Selain itu juga, dari twitter, muncul banyak selebtwit. Salah satu yang paling aku ingat tentu saja @poconggg yang sekarang udah sangat terkenal sebagai sosok nya yang asli, Arief Muhammad. 

Dari semua sosial media yang pernah aku pakai sebelumnya, twitter yang aku pakai paling lama. Dari aku smp sampai aku masuk sma pun twitter masih jadi sosial media primadona. Sampai-sampai aku pikir twitter akan eksis selamanya. Tapi ternyata salah karena di waktu yang hampir bersamaan, muncul tiga sosial media besar. Instagram, path, dan ask fm. Ketiga nya benar-benar sedang naik daun. Masing-masing mempunyai kelebihannya sendiri. Instagram sebagai aplikasi mengunggah foto, path sebagai aplikasi yang paling lengkap menurutku saat itu karena selain bisa menggugah foto, kita juga bisa check in posisi kita sedang dimana, sedang mendengarkan lagu apa, membaca buku apa, menonton film apa. Pokoknya lengkap deh. Lalu ask fm yang aku ingat sekali, di tahun 2014 benar-benar booming. Muncul juga banyak selebask. Karena seru, sih. Kita menjawab pertanyaan, lalu kalau jawaban kita di sukain, ada yang ngelove. Nah yang di love itu akan muncul di timeline nya orang yang mengikuti yang ngelove. Ketiga sosial media itu saling melengkapi. Setelah itu sempat juga muncul snapchat yang mencoba bersaing. Sayang, dari keempat itu, yang masih terus eksis hanya instagram. Path sudah sepi, ask fm juga, snapchat? apalagi. Kalau bicara lebih lama lagi, friendster sudah mati. Facebook, okelah masih di pakai kalangan tertentu. Biasanya kaum orang tua yang pengen eksis tapi sudah terlalu tua untuk instagram dan sebagainya. Pemakai facebook aktif saat ini biasanya tergabung dalam group wa bapak-bapak, atau group wa keluarga. Bahan leluconnya pun kebanyakan diambil dari facebook. Tapi aku senang, bukan, bukan karena bapak-bapak di facebook, aku senang saat ini karena twitter mulai naik kembali, mulai banyak yang menggunakan kembali.

Tapi kemudian aku baru sadar kalau dari perjalanan waktu itu, ada satu website yang setia menemani, fungsi nya seperti tv. Iya, youtube, website yang digunakan orang untuk mengunggah video, atau hanya sekedar menonton video. Youtube seperti nya tidak pernah mati, karena sejak pertama aku mengenal internet, sampai saat ini, aku masih rajin menonton youtube yang terkadang bisa mengganti fungsi tv. Dulu, youtube hanya sebatas aku gunakan untuk mendengarkan lagu, atau melihat highlight pertandingan bola, atau buat liat apa lagi ya? Duh lupa. Akan tetapi setelah sekian lama main youtube tapi tontonannya kayak orang gaptek, aku baru tau kalau youtube itu bisa menghasilkan uang, sekitar dua tahun yang lalu. Di waktu yang sama, aku juga baru tau kalau ternyata Indonesia dipenuhi content-content creator yang keren. Duh kemana aja, Ren. Sejak saat itu, aku kemudian menjadi rajin menonton video dari para content creator yang bahasa kerennya adalah "youtuber". Sampai akhirnya di suatu titik aku mencoba tidak hanya menjadi penonton saja, tapi menjadi penonton bayaran. Lumayan, nonton dibayar. Cuci-cuci jemur-jemur. Enggak, canda. Aku memutuskan untuk menjadi youtuber!

Di ulang tahun ku yang ke 20, Januari 2017, aku meminta hadiah kamera ke orang tua. Selain untuk menunjang kegiatan Scema Production, rumah produksi ku dan teman-teman yang kami rintis dari sma, kamera itu akan aku pakai buat bikin-bikin video. Ya meskipun aku gak bisa sama sekali ngegunainnya dengan keren, tapi coba dulu aja deh. Sapa tau langsung jago. Tapi gak mungkin sih, track record ku dalam belajar jelek. Maka dari itu, sehari setelah aku punya kamera, aku sudah gatel. Tanpa mikir apa-apa, aku mulai bikin video. Isinya aku ngevideo rumah ku sendiri. Tidak lupa aku rekam diriku sendiri didepan kamera. "Halo guys." Itu kalo aku liat lagi, malu sendiri aku. "Guys" yang keluar itu enggak kayak youtuber-youtuber keren. Malah kayak bule lagi kumur-kumur. Bule nya bule ethiopia, lagi. 

Singkat cerita video tersebut berhasil aku buat. Lalu seolah urat malu nya udah putus, video itu aku sebar-sebarin kemana-mana dengan harapan video tersebut bisa viral. Hari pertama sampai sebelum aku tidur, udah ada 100 orang yang nonton, lumayan. Harapanku besar nih. Kalo viral kan asik ya tiba-tiba instagramku banyak yang ngefollow gitu trus aku punya fans trus banyak cewek-cewek komen "Aduh ganteng nya, gak kuat adek, bang." Kok indah banget, kayaknya. Bahkan harapan ini sampai kebawa mimpi, loh. Aku mimpi bangun-bangun yang nonton ratusan ribu. Wuah mantab.

Tapi kayaknya harapan jauh dari impian. Teman-teman ku aja ngedislike video ku. Tidak sedikit yang mencela. Meskipun sebagian besar celaannya sebagai candaan. Sedih sih, tapi aku masih mencoba tidak menyerah. Video kedua aku membuat sebuah mini short movie berdurasi satu menit. Yang ini, lumayan banyak pujian aku dapet dari teman-teman kuliah. Yang nonton tapi hanya 303 orang. Segitupun, merupakan penonton terbanyak dalam satu video di youtube ku sampai sekarang. Kemudian aku membuat satu video lagi yang berisi perjalananku dan Scema Production dalam membuat film. Semacam vlog, begitu.

Lalu aku berpikir. mungkin yang orang-orang butuhkan itu konten. Kalau video nya masih gak jelas kayak selama ini aku bikin, gak akan kena di siapa-siapa. Iyalah, aku lho mahasiswa dua puluh tahun yang keahliannya gak jelas di apa, kok berani-berani nya bikin vlog. Siapa aku? Siapa yang mau nonton juga, coba? Paling cuman mama papa aja yang mau nonton. Akhirnya aku membuat sebuah video yang berisi. Di video itu aku ngajak satu temanku, Jet, buat ngomongin, kenapa sih kita mesti bangga sama negara kita sendiri? Video sudah di buat, sudah di upload. Aku sudah nyebar link nya kemana-mana, tapi pahitnya, 200 aja enggak ada yang nonton. Kok sedih, ya. Bahkan, aku udah minta bantuan tante ku yang dulu sempet jadi artis terkenal lho buat nyebarin video itu di path nya, tapi kok masih segini aja yang nonton. Pada akhirnya aku nyerah.

Ditengah ke frustasianku, aku malah sibuk nyari kambing hitam. Dasar kayak cewek-cewek aja kamu, Ren. Enggak mau salah trus tenaga nya di pakai semaksimal mungkin buat marah-marah ke orang lain, hanya untuk menutupi kesalahannya sendiri. Asek. Nah karena aku kayak cewek, aku mikir, lingkunganku benar-benar tidak suportif dengan apa yang aku kerjakan. Mulai dari video pertama yang malah banyak yang ngedislike, sampe video yang niat, pun, enggak ada gitu usaha dari mereka buat ngedukung dalam bentuk nyata. Sebagai perbandingan, dulu pernah waktu smp, temenku bikin parodi dari video Norman Kamaru yang sempet sangat viral. Tanpa disuruh dia, link video youtube itu aku sebarin kemana-mana. Omegle lah, sosial media ku lah. Karena aku mikir, ada suatu usaha dari seorang teman, masak enggak aku bantu sebarin? Biar orang-orang juga bisa liat. 

Ketika masuk ke video-video ku, aku enggak mendapatkan itu. Aku enggak marah, aku hanya kecewa, waktu itu. Tidak ada yang mendukung secara nyata. Mungkin mereka menonton, mungkin mereka tidak menghujat, aku sudah berterimakasih, tapi sekali lagi aku masih menganggap, tidak ada nya langkah nyata dari mereka buat mendukung ku sepenuhnya. Maka dari itu, aku putusin buat enggak nerusin. Sepertinya emang aku gak bisa disitu. Aku sedih, sampai kantung mataku menghitam. Sampai-sampai aku gak makan berhari-hari, aku malas keluar rumah. AKu terpuruk di dalam kamar. Enggak deng, gak segitu nya, lebay amat. Setelahnya memang aku masih bikin beberapa video tapi hanya untuk mengenang perjalanan-perjalanan aja, karena aku kan orang nya sangat menghargai kenangan. Sampe kertas nota apapun yang dari dompetku aja enggak aku buang, tapi malah aku masukin ke sebuah kaleng. Kembali ke video yang aku buat setelah aku putus asa, link nya tidak aku sebar kemana-mana. Maka dari itu hanya belasan yang menonton. Miris sih liat nya. Tapi ya gimana lagi ye kan. 

Tapi di usia yang ke 21, bulan lalu, aku menyadari sesuatu lagi. Kesuksesan itu tidak dapat diraih dalam waktu yang sangat singkat. Enggak mungkin aku upload video, lalu bisa langsung viral. Emang nya siapa aku? followers ig ku aja 600 an. Sesuatu yang membuatku miris waktu adek tingkatku baru pada dateng, dulu. Kok mereka yang masih baru aja lulusan sma followers nya ada "k" nya ya? Wah aku menjadi malu sebagai kakak tingkat. Gak deng, terlalu drama.  Balik lagi ke topik, apalagi video berkonten ku baru satu. Bagai sebuah pukulan telak aku sadar bahwa sesuatu yang aku tidak punya adalah konsistensi. Jadi sebenarnya, masalah utama itu bukan di lingkunganku, bukan teman-temanku, masalah utama ada di diriku sendiri. Aku terlalu ingin sesuatu yang instan. Satu video dibuat, pokoknya harus langsung viral. Kalo gak viral berarti aku gagal. Enggak kayak gitu padahal. Kamu kira hidupmu sebuah ajang pencarian bakat? Kamu jelek, kamu keluar? Enggak Ren, take it easy lah. Asek ya bahasaku. Jelas.

Semua itu diperoleh dari kerja keras dan konsistensi. Seberapa kita rutin mengunggah karya tanpa perduli ada yang menonton atau tidak, tidak peduli berapa jumlah like, yang harus kita lakukan adalah mencoba-mencoba-mencoba. Jangan sampai ada kekosongan. Kalau aku perhatiin orang-orang yang sudah lebih dahulu meraih kesuksesan, dibalik itu semua, ada sebuah kerja keras yang nyata dan konsisten. Youtuber yang sudah sukses sekarang, misalnya, berapa karya dulu yang ia buat baru pada akhirnya orang-orang mulai notice kalau karya dia bagus.

Aku jadi ingat obrolanku dengan Iyas, teman sma ku beberapa waktu yang lalu. Topik nya adalah Obed, presiden mahasiswa UGM yang sedang jadi buah bibir karena penampilannya di mata najwa yang keren. Doi sampe masuk line today segala, 5 gaya Obed Kresna. Edan, gak nyangka temenku bisa jadi topik di judul-judul line today.

"Edan, ya yas, liatnya. Dalam semalam lho, bisa gitu hidup nya berubah. Yang tadinya followers ig nya gak ada seribu, sekarang naik gitu jadi dua ribu (waktu itu masih dua ribu, sekarang katanya udah 11 ribu) terus dia dikenal dimana-mana. Hanya dalam semalam lho, yas." Tapi jawabannya Iyas membalikkan pandanganku, telak.

"Semesta memang adil samamereka yang mau usaha Ren, yang ngga semata-mata cuma mau enaknya. Ya kalau dipikir-pikir jalan dia buat jadi presma aja pasti panjang juga kan."

Baca chat itu, sisi drama dalam tubuh ku keluar. Aku jadi tertohok sekaligus terharu. Enggak tau tertohok kenapa, enggak tau terharu kenapa. Pokoknya aku ngerasa begitu. Wah ya juga ya neng, abang gak kepikiran. Emang dewasa sekali kamu neng, abang kalah.

Maka dari itu, di tahun baru dan usia baru ini, aku akan mencoba bangkit lagi. Mencoba melanjutkan apa yang sudah aku mulai tahun lalu. Harus usaha lebih keras. Apapun yang aku buat, harus dengan niat dan usaha 100 persen. Jangan cuma mengerjakan seadanya tapi mau segalanya, susah, dan payah. Yah, semoga kali ini aku tidak mudah menyerah. Semoga kali ini, aku bisa menaklukkan musuh terbesarku, konsistensi dan diri sendiri.

Aku latian jadi youtuber ah, bikin salam penutup.

Terimakasih kawan-kawan sudah membaca! Jangan lupa klik tombol like dan subscribe yah! Yuhhuuuu. God Bless Indonesia!

*padahal video youtube yang mau aku buat enggak ada aku ngomong di kamera nya
*padahal di blog gaada tombol like nya
*aku kalo ngomong "yuhuuu" kayak apa ya? Yang ada malah kecoak2 pada dateng dikira itu kode buat kumpul tim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar