Sejujurnya, aku pernah sangat mencintai pagi hari, ketika kemarin tidak ada tempat untuk perih. Ketika kemarin, tawaku dan tawamu bersatu lirih dalam suatu bahagia yang aku sebut kasih. Pada masa itu, di suatu pagi, aku tidak ingin tertidur lagi karena untuk apa bermimpi kalau aku sudah menjalani mimpi.
Lalu pada suatu pagi, tiba tiba, aku terbangun dan gairahku terhenti. Tiba-tiba, aku hanya bisa menunduk dan memandangi diri, berharap tertidur dan bermimpi. Tiba-tiba, aku membenci pagi hari. Sangat membenci.
Tapi waktu terus beranjak, fajar tidak selamanya bertahta. Siang datang dan kamu selalu punya pilihan; jatuh dan terpuruk, atau bangkit dan curi lagi mimpi. Entah dengan hati yang lain, kondisi yang lain, atau kekuatanmu yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar