Jumat, 27 Juli 2018

Kamu, Pernah

Kau pernah membuatku menjadi orang paling bahagia, membuat semua mimpi-mimpiku menjadi nyata. Semua terjadi begitu cepat. Bukan sebuah hal yang baru bagiku untuk mencinta, bukan hal baru juga aku harus menunggu. Aku mengenalmu belum terlalu lama, cukup beberapa bulan saja namamu sudah mengisi pikiran, juga menjadi penyemangat jiwa. Sedari awal, aku sudah menaruh sebuah harapan paling tinggi yang bisa digantungkan manusia di bumi. Aku sering bermimpi tentang kita, tentang tangan yang menggenggam, tentang peluk yang menggema erat.

Kamu pernah membuat mimpi tidak hanya sekedar bualan tidur belaka. Iya, dengan sadar kita berdua menjalankannya. Kamu pernah membuat aku menjadi orang paling bahagia di dunia. Kamu pernah membuatku berhenti mencari dan berhenti. Aku masih ingat jelas bagaimana rasa senang itu ketika kamu akhirnya bisa aku rengkuh. Semua isi dunia ingin aku habisi, aku siap meraih puncak tertinggi. Aku bahagia. Ingin aku teriakan kepada semua isi dunia kalau aku bahagia.

Kamu pernah membuatku rasakan semua. Sedihnya, semua hanya sekedar pernah. Iya, pernah adalah sesuatu di masa lalu yang artinya hanya bisa dirasakan dahulu, tidak sekarang, tidak masa depan.

Rabu, 25 Juli 2018

Formulasi Hati

Selamat pagi kamu yang dulu memandangku sebagai lelaki kesayangan. Apa kabar? Baik kan hidup mu tanpa aku? Tentu saja baik. Ingat kan dulu sebelum ada kita, aku selalu berkata bahwa aku akan menghapus segala luka. Nyatanya? Malah aku yang menciptakan luka itu sendiri kepada mu yang aku yakini bisa aku jaga sepenuh hati. Wahai masa lalu, kamu harus tahu sejak aku mengenalmu, aku bukanlah diriku yang dulu, aku berubah menjadi lebih dewasa dalam mencinta. Lalu sejak aku mengenalmu, aku tahu mimpi diluar sana sangat mudah untuk diraih, dan pada akhirnya kita bisa mendapatkannya kan, berdua?

Hidup bersamamu bukanlah penyesalan, lebih ke anugerah. Aku menikmati setiap detik yang berharga. Menjelajahi ribuan jalan yang tidak pernah aku pikirkan lalu bersama-sama kita lupakan kata pulang. Ingat siang itu? Saat kita sedang menikmati es kelapa di pinggir pantai di suatu daerah di pesisir pulau jawa? Lalu tiba-tiba datang sekelompok anak yang duduk melingkari kita meminta obrolan. Aku masih ingat wajah kaget mu yang lucu itu. Tapi apa? We did it. Kita bisa menghadapi itu dengan baik, aku dan kamu. Ingat ketika kita menyusuri hutan di perbatasan jawa bagian tengah dan barat lalu tiba-tiba mobilku tidak mau bergerak? Aku dan kamu panik pada awalnya, kepanikan yang berujung kebahagiaan karena kita memilih tidak memikirkannya, namun justru duduk bersebelahan menikmati suguhan pohon dan angin, dengan menu favorit kita yaitu tawa. Masih banyak lagi yang bisa aku ceritakan tapi aku memilih untuk tidak, karena aku tahu cerita kita akan memakan tempat yang banyak. Yang jelas, waktu ku dan kamu, waktu kita, adalah waktu terbaik dalam hidup.

Namun pada akhirnya, manusia tidak bisa lepas dari kata salah. Aku mulai melakukan hal-hal yang tidak seharusnya aku lakukan. Aku mulai.... lepas kendali. Pada awalnya satu dua kesalahan masih dimaafkan dan kau kembali, bahkan lebih erat lagi. Sayangnya hal itu terus terjadi dan yang aku takutkan terjadi. Kesempatan itu? Tidak ada lagi. Kamu sudah cukup memberiku kesempatan dan akhirnya kita kembali menjadi dua kata yang berbeda. Apa yang aku rasa? Hampa. Aku tidak menangis, aku tidak tertawa, aku tidak bersedih, aku tidak bahagia. Kosong dengan begitu saja. Karena segala rasa yang bisa aku rasa sudah pernah kita cipta sebelumnya, dan aku tidak mau mengenangmu dengan rasa sakit itu.

Kita semua sepakat, melupakan kenangan adalah hal yang berat. Sekarang tinggal bagaimana aku benar-benar bisa meletakkan kenangan kita di masa yang sudah lalu saja. Karena baik aku dan kamu punya masa depan masing-masing. Aku harap kamu bahagia, seperti aku harap diriku ini bisa menemukan bahagia yang lebih dari yang kau berikan. Meskipun sepertinya susah, karena kadar bahagia yang kita ciptakan lebih dari apapun yang pernah aku rasakan.

Dengar Pesanku, Raba Lisanku

Kamu itu teka teki tersusah yang pernah aku coba pecahkan. Menantang, tapi menenangkan. Di lain waktu aku senpat berpikir, apa memang tidak ingin dipecahkan adalah sesuatu yang kau ingini? Tapi, kau adalah teka teki terhebat yang pernah aku coba jawab. Memecahkanmu mendewasakanku. Menggenggammu, memburu indraku.

Kepada kamu yang memiliki hati lebih keras dari apapun di muka bumi, aku menunggumu disini dan tak lelah menanti. Jangan kau percaya semua kata lelah karena untukmu aku tidak pernah lelah. Bukankah kita pernah menyanyikannya bersama? Iya, kita pernah menyanyikannya bersama dengan keyakinanku kalau aku yakin dan percaya, malaikat pasti tahu siapa yang jadi juara nya.

Lalu, maafkan aku disela-sela keyakinanku kalau aku masih merasa takut. Karena untuk apa rasa kalau tidak dirasa, bukan? Maafkan aku kalau terkadang aku masih tidak percaya diri. Rasa tidak percaya diri yang membunuhku disini. Rasa tidak percaya diri yang menuntunku kepada jutaan rasa yang lain. Seperti menghapus luka dengan luka yang lain.

Hai, wanita serupa teka teki dengan benda keras yang kau sebut hati. Aku tahu, benda itu sudah mati. Tapi cobalah menemuiku dan cari rasa itu lagi. Karena bersamaku, aku tahu ini tidak hanya sekedar aku atau kamu. Karena bersamaku, aku tahu semua ini bisa menjadi kita dengan keindahan yang tidak biasa. Temui aku, tak perlu kau tanya dimana, karena aku yakin kau pasti tahu.

-Rabu, 25 Juli 2018. 19:11

Jumat, 20 Juli 2018

Cerita Tentang Angin

Aku tidak pernah menyukai angin dulunya, karena untuk apa ia ada kalau tidak bisa menghilangkan dahaga. Bahkan terkadang dengan tidak jelasnya ia memberikan rasa dingin yang terlampau dingin. Apa sih maunya?

Aku tidak pernah menyukai angin, tidak pernah sampai aku bertemu seorang gadis. Ia menunjukkan apa makna hadirnya angin. Ia menunjukkan kalau kesejukan itu menentramkan. Ia menunjukkan keramahan dari sesuatu yang tidak pernah aku temukan.

Aku kini menyukai angin, dan seorang gadis. Aku suka bagaimana ia menatapku seolah tak ada orang lain lagi. Aku suka bagaimana ia, bersama anginnya, menyentuh hati yang biasanya hampa.

Aku kini terobsesi oleh angin, karena setiap aku merasakan nya menyentuh kulitku, aku teringat pada sosok itu. Meskipun untuk saat ini; atau entah sampai kapanpun itu, ia masih berpetualang dan belum menjatuhkan pilihan.


-Jumat, 20 Juli 2018

Tersenyumlah, Luka

Selamat malam notifikasi terfavorit di telepon pintarku. Lucu ya, mereka menyebutnya telepon pintar namun kenyataannya justru membuat penggunanya terlihat bodoh memandangi layar menunggu jawaban dari yang tersayang.

Baiklah, boleh aku berbicara? Bolehkah kau ku puja? Atas senyum mu yang merekah bagai mawar ketika tersenyum kepada pemiliknya. Atas tatap yang menghunus sukma, seperti panah cinta yang mengerti kemana harus pulang. 

Sayangnya, semua itu kini menghilang, seiring semangatmu yang berpetualang. Lalu bolehkah kau ku tenangkan? Bolehkah kau ku jaga dari segala bahaya? Bolehkah pelukku menghapus luka?

Hai kamu yang duduk disana dengan senyum membiru, cuma kamu yang tahu jawabnya. Tapi tak apa, tanpa jawabmu pun aku telah bersumpah menghapus segala yang membuatmu luka.


-Rabu, 18 Juli 2018

Pesan Untuk Sang Waktu

Wahai sang waktu, sudikah kamu istirahat disebelahku? Aku ingin menatap mata itu lebih jauh. Aku ingin tenggelam disana selamanya. Ah, seandainya foto dan lukisan tidak hanya tentang gambar tapi rasa. Ah, seandainya apa yang aku lakukan dan inginkan bisa diabadikan selamanya. Sudah jelas aku akan memasangnya di kamar tidurku, atau bahkan di ruang tengah rumahku.

Wahai sang waktu, sudah terlalu lama aku tanpa rasa itu. Duduk berdua dengan dia, yang tersayang, menikmati malam yang berhias bintang. Bisakah kau ulang lagi untukku? Aku belum cukup merengkuh hati itu. Aku belum selesai rasakan bahagia ku dan kamu. Bahkan dua tangan yang menggenggam belum ingin aku lepaskah. Ah, bolehkah kau putar lagi satu malam tadi?

Wahai sang waktu, dan harapanku bersamamu, sudikah kau intip masa depanku dan sertakan sosok itu? Aku bukan ingin menerka-nerka, aku juga bukan ingin langkahi sang kuasa, aku hanya ingin berdoa. Semoga satu waktu didepan, akan ada kita tanpa dia tanpa mereka.

Wahai sang waktu, kau mungkin tak pernah tahu seberapa dalam rasa itu, untuk wanita yang bahkan tak pernah memelukku, namun dia yang aku mau, sejauh apapun langkahku. Karena atas nama semua hati, aku tidak pernah seyakin ini.


-Minggu, 15 Juli 2018

Boleh ku Titipkan Salam?

 Selamat siang, bolehkah aku titipkan salam? Tidak terlalu berharga memang, namun ini sesuatu yang spesial dan tidak boleh dilewatkan.

Baiklah, mari aku mulai ucapkan isi salamku. Tolong sampaikan kepada wanita indah diujung sana, kalau disini aku menunggu dia. Tidak hanya menunggu, namun aku siap menjaga. 

Jika kau tanya menjaga apa? Aku siap jelaskan. Kau tau air mata? Aku tidak ingin itu jatuh di wajah memerah nya. Kau tau luka dan kecewa? Tenang, itu memang dua kata yang buruk, tapi tidak ingin aku biarkan menimpa dia. Aku ada, akan selalu ada untuk dirinya dalam tangis atau pun tawa. Baik saat diatas atau dibawah. Bukankah cinta tidak mengenal keadaan? Lelaki hina seperti apa yang memandang pasangan dari keadaannya lalu meninggalkan.

Baiklah angin, itu saja untuk sekarang. Tolong sampaikan kepada wanita disana. Kau tau kan yang mana? Iya, yang memiliki nama sama seperti mu, angin kesejahteraan.

-Reno Fandelika. Selasa, 10 Juli 2018

Catatan dari Masa yang Tak Hilang

Kita terpisah sekat, bisakah kita menjadi dekat? Sini temani aku. Bisa aku pastikan kau menjadi anugerah terindah ku


-Minggu, 24 Juni 2018

But then there was you.

Iya, ada kamu, aku tidak lagi rindu. Ada kamu? Muncul semangatku. Aku merasa semua berat, pada awalnya. But then there was you. Datang tiba-tiba dan bisa dengan mudah curi hati ku, lelaki yang terkenal dengan kesendiriannya itu.

-Minggu, 24 Juni 2018

Aku tak tahu jika tak ada kamu, apakah aku bisa jalani itu? Aku jatuh tak hanya karna parasmu namun juga pribadimu. Maka izinkanku untuk berubah dan izinkanku untuk merubah semua hal yang mungkin bisa menyakitkan raga maupun jiwa. Karna aku ingin menjagamu sepenuh hati baik saat ini maupun saat nanti

-Selasa, 26 Juni 2018

Hari ini aku mendengar cerita tentang masa lalu mu. Bisakah aku menjadi bagian dari kisahmu? Karena itu semua yang aku mau. 

Seseorang dari masa lalu mu pernah menunggumu. Lalu, bolehkah aku? Meskipun aku yakin ini tidak sesederhana itu. Ini perjalanan yang berat, tapi aku yakin aku kuat. Aku akan menunggu mu dengan sangat.

-Rabu, 27 Juni 2018

Tidak mungkin aku melewatkanmu. Namun keadaan harus memaksaku seperti itu. Satu yang aku selalu lupa, belum pernah ada kita. Aku dan kamu masih sebatas asa. Karena jauh disana, ada satu batas pisahkan kita. 

Tidak mungkin aku melewatkanmu, hanya saja, aku harus merindumu lebih dalam lagi.

-Sabtu, 30 Juni 2018

Kau dan aku, bersama kita lewati sore itu. Tidak perduli kita dua raga yang meragu. Kita sama-sama percaya angin itu tidak cukup untuk meruntuhkan yakin kita.

-Selasa, 3 Juli 2018

Mengalah bukan hal baru untukku. Tapi, bisakah aku melewatkanmu? Ku tak ingin melewatkanmu.

-Kamis, 5 Juli 2018

Terlalu banyak yang aku nikmati sendiri; lampu kota boyolali yang aku saksikan tersenyum dari tempat yang tinggi, juga bintang-bintang di langit, memaksaku membayangkan sosok mu ada disini. Keluarlah temani raga ini nikmati syahdu nya malam hari. Karena yang aku minta hanya sosok yang menerima kerendahan hati.

-Kamis, 5 Juli 2018

Bagaimana aku bisa melepasmu kalau setiap gerak-gerikmu masih menggugah pikirku. Kalau setiap teriakanmu masih membuatku takut ada yang menyakitimu.

-Sabtu, 14 Juli 2018