Rabu, 25 Juli 2018

Formulasi Hati

Selamat pagi kamu yang dulu memandangku sebagai lelaki kesayangan. Apa kabar? Baik kan hidup mu tanpa aku? Tentu saja baik. Ingat kan dulu sebelum ada kita, aku selalu berkata bahwa aku akan menghapus segala luka. Nyatanya? Malah aku yang menciptakan luka itu sendiri kepada mu yang aku yakini bisa aku jaga sepenuh hati. Wahai masa lalu, kamu harus tahu sejak aku mengenalmu, aku bukanlah diriku yang dulu, aku berubah menjadi lebih dewasa dalam mencinta. Lalu sejak aku mengenalmu, aku tahu mimpi diluar sana sangat mudah untuk diraih, dan pada akhirnya kita bisa mendapatkannya kan, berdua?

Hidup bersamamu bukanlah penyesalan, lebih ke anugerah. Aku menikmati setiap detik yang berharga. Menjelajahi ribuan jalan yang tidak pernah aku pikirkan lalu bersama-sama kita lupakan kata pulang. Ingat siang itu? Saat kita sedang menikmati es kelapa di pinggir pantai di suatu daerah di pesisir pulau jawa? Lalu tiba-tiba datang sekelompok anak yang duduk melingkari kita meminta obrolan. Aku masih ingat wajah kaget mu yang lucu itu. Tapi apa? We did it. Kita bisa menghadapi itu dengan baik, aku dan kamu. Ingat ketika kita menyusuri hutan di perbatasan jawa bagian tengah dan barat lalu tiba-tiba mobilku tidak mau bergerak? Aku dan kamu panik pada awalnya, kepanikan yang berujung kebahagiaan karena kita memilih tidak memikirkannya, namun justru duduk bersebelahan menikmati suguhan pohon dan angin, dengan menu favorit kita yaitu tawa. Masih banyak lagi yang bisa aku ceritakan tapi aku memilih untuk tidak, karena aku tahu cerita kita akan memakan tempat yang banyak. Yang jelas, waktu ku dan kamu, waktu kita, adalah waktu terbaik dalam hidup.

Namun pada akhirnya, manusia tidak bisa lepas dari kata salah. Aku mulai melakukan hal-hal yang tidak seharusnya aku lakukan. Aku mulai.... lepas kendali. Pada awalnya satu dua kesalahan masih dimaafkan dan kau kembali, bahkan lebih erat lagi. Sayangnya hal itu terus terjadi dan yang aku takutkan terjadi. Kesempatan itu? Tidak ada lagi. Kamu sudah cukup memberiku kesempatan dan akhirnya kita kembali menjadi dua kata yang berbeda. Apa yang aku rasa? Hampa. Aku tidak menangis, aku tidak tertawa, aku tidak bersedih, aku tidak bahagia. Kosong dengan begitu saja. Karena segala rasa yang bisa aku rasa sudah pernah kita cipta sebelumnya, dan aku tidak mau mengenangmu dengan rasa sakit itu.

Kita semua sepakat, melupakan kenangan adalah hal yang berat. Sekarang tinggal bagaimana aku benar-benar bisa meletakkan kenangan kita di masa yang sudah lalu saja. Karena baik aku dan kamu punya masa depan masing-masing. Aku harap kamu bahagia, seperti aku harap diriku ini bisa menemukan bahagia yang lebih dari yang kau berikan. Meskipun sepertinya susah, karena kadar bahagia yang kita ciptakan lebih dari apapun yang pernah aku rasakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar